Selasa, 12 Maret 2013

This Is My Love Story Part 3





Sebenarnya Didik bukanlah oran yang tepat untuk Marsya, dia sangat berbeda dengan Marsya. 



Marsya pintar dan nilainya selalu berkisar 80-100 sedangkan Didik? Mendapatkan 75 saja sudah bersyukur sekali. Tapi jujur saja,Didik memang memiliki paras yang menarik untuk lawan jenisnya.
Sekali lagi, aku hancur karena Marsya. Sebenarnya ada orang yang menyukaiku di sini. Bukannya sombong,tapi dia sudah menyatakan perasaannya padaku. Memang aneh, tapi begitulah kenyataannya,namanya Nana dan Dita. Banyak laki-laki yang menyukai mereka berdua, tapi aku tak pernah tertarik dengan Nana maupun Dita. Aku tidak mengerti, mengapa mereka menyukaiku, padahal kami baru saling mengenal tidak lebiih dari 4 bulan. Sedangkan Marsya, kami sudah 6 tahun bersama , tapi dia tidak pernah mengatakan ‘suka’ padaku. Tunggu dulu, aku saja yang sangat menyukainya tidak pernah mengatakan suka, apalagi dia yang tidak ada orang yang tau bagaimana perasaannya padaku.
Tak terasa 6 bulan sudah aku bersekolah di Fantantion. Begitu juga dengan hubungan Marsya dan Didik. Untung saja setiap bertemu dengan mereka berdua, aku tak menunjukkan rasa cemburu ini. Sempat ingin aku melupakan Marsya, tapi aku tidak sanggup. Seperti sudah terprogram di otakku, aku selalu menyukainya meski dia sudah dimiliki oleh Didik yang sangat tidak pantas untuk Marsya. Sialnya, banyak orang yang mendukung hubungan mereka. Aku juga tidak pernah menyerah untuk memalingkan perhatian Marsya dari Didik, ya , aku selalu mengirimkan SMS kepadanya setiap hari.
Seminggu lagi Ujian Akhir Semester (UAS) akan dimulai. Aku sudah bertekad  untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari Marsya. Meski berbeda kelas kami tetap bersaing untuk masalah nilai. Marsya memang gadis cerdas, di Fantantion yang terkenal dengan persaingan yang ketat, Marsya selalu unggul di sini. Setiap ulangan nilainya pasti lebih tinggi dariku. Tapi aku tidak pernah menyerah ataupun kecil hati, Marsya juga tidak pernah menyombongkan diri, dia justru menyemangatiku.
“DAVA!” panggil si cantik Marsya di belakang sana. Belum sempat aku menyapanya balik, aku sudah dikagetkan dengan kehadiran Didik di samping Marsya. Rasanya aku ingin pergi meninggalkan mereka, tapi itu tidak mungkin, dengan begitu mereka pasti akan curiga. “Hai! Ciyee makin lengket aja!” sapaku dengan berat hati. “Hahahaha, apaan sih?” respon Marsya sambil menatap Didik yang lebih tinggi beberapa centi darinya.
Menyebalkan sekali melihat pemandangan seperti ini. “Eh, Dav,Dik, aku ke atas dulu ya udah di tunggu Lin-Lin nih. Bye.” Pamit Marsya yang entah kenapa menimbulkan rasa kehilangan bagiku. Marsya berlari kecil menaiki tangga, langkah demi langkahnya sangat menarik perhatian. Terlihat juga orang-orang yang menyapanya.
“Heh, ngliatinnya biasa aja dong!” bentak Didik yang menyadari perhatianku kepada Marsya. Malas membalas omongan Didik, aku langsung pergi ke kantin. “Eh, Dav, aku mau ajak Marsya jalan-jalan habis UAS besok, tapi dia mau pergi kalo kamu sama Lin-Lin ikut. Kalo Lin-Lin sih udah pasti bisa. Tinggal kamu gimana?” kata Didik yang menghentikan langkahku. Entah kenapa kalimat ‘kalau kamu ikut’ yang dikatakan Didik memberikan sepercah harapan untukku. “Boleh!” jawabku terburu-buru. Menyadari wajah Didik yang bingung, aku melanjutkan kata-kataku “Tapi ke mana dulu?” “Pantai Santana.” jawab Didik tegas. 
Pantai Santana? Harga tiket masuk ke sana kan terkenal mahal, batinku. “Oke, gak masalah,” kataku dengan nada setuju. “Thanks Dav,” ucap Didik yang terlihat sangat berterimakasih. “Udah kan?” tanya ku sebelum Didik kutinggal pergi. “Satu lagi, kalau di sana, kamu jangan deket-deket sama Marsya!” syarat Didik kali ini sangat berat untuk kulaksanakan. Aku hanya bisa mengangguk dan pergi dari hadapan Didik.
Bagaimana bisa aku menjauh dari gadis yang sangat kusukai.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Dava mana sih? Kamu ajak dia kan Dik?” tanya Marsya. “Udah sayang, katanya dia bisa ikut kok!” jawab Didik.
“Eh itu Dava!” teriak Lin-lin.
“Eh, maaf ya terlambat,” kataku dengan sedikit melirik ke arah Marsya. Saat itu juga aku merasa Marsya sudah berubah. Dia sudah berubah menjadi remaja perempuan yang begitu mempesona. Celana di atas lutut dan baju tanpa lengan yang dikenakan Marsya membuat Marsya terlihat semakin cantik. Sepertinya tidak hanya aku yang berpikiran begitu. Terlihat banyak laki-laki di sekitar Marsya yang meliriknya.
“Dava! Dari dulu gak berubah deh! Kalau ada janji pasti telat!” teriak Marsya. Teriakan Marsya membuyarkan lamunanku, lamunanku yang mengagumi kecantikannya. “Hehehe, Maaf maaf,” hanya itu kata-kata yang dapat kukeluarkan, sebenarnya aku ingin mengatakan alasanku. Aku datang terlambat karena sebenarnya, aku masih bimbang, aku ingin ikut karena Marsya, dan di sisi lain aku tidak ingin ikut karena aku takut , rasa cemburuku akan terlihat di depan Marsya. Tapi aku tidak mungkin mengatakan alasan itu. “Nggak aku maafin!” teriak Marsya kedua kalinya. “Tapi aku kan gak sengaja terlambatnya,Marsya,” belaku. Saat ini aku merasa takut, takut Marsya akan menjauhiku. Marsya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pasti karena Didik!
“Hahaha! Dava,dava, gak mungkinlah aku gak maafin kamu. Lagian aku juga gak marah kok. Aku gak bisa marah sama orang yang udah 10 tahun aku kenal,” kata Marsya sambil mengusap rambutku. Aku senang, ternyata Marsya tidak pernah berubah. Dia tidak pernah berubah meski sudah bersama Didik. Tunggu, Didik ? ke mana dia? Aku belum melihatnya.
“Hahaha, udah ya udah. Ayo Marsya, kita ke sana,” datang Didik dari belakangku, tangannya langsung menggandeng Marsya. Terlihat Didik tidak akan membiarkanku untuk dekat-dekat dengan kekasihnya.  Saat itu aku baru sadar, ternyata Didik berada di belakangku. Astaga, ternyata aku terlalu foku dengan Marsya, sampai aku tidak melihat kehadiran Didik dan Lin-lin. Didik dan Marsya langsung mendahuluiku dan Lin-lin. Tapi, Marsya terlihat tidak senang, dia memang tersenyum ke arah Didik, tapi aku tau senyuman itu palsu. Ada apa sebenarnya?
“Dav, ayo nyusul mereka!” ajak Lin-Lin. Lin-lin adalah sahabat baru Marsya, sebenarnya tidak hanya Lin-Lin, Marsya adalah perempuan yang ramah dan supel, dia mudah mendapatkan teman. Lin-Lin sebenarnya tidak kalah cantik dengan Marsya,Lin-Lin memiliki rambut yang lurus panjang dan indah, kulit putih bersih , badan yang ramping dan tinggi, sifat yang lembut,  dan otak yang cerdik sering membuat iri perempuan-perempuan lain. Lin-Lin menduduki peringkat 2 setelah Marsya untuk ukuran perempuan tercantik di SMP Fantantion. Namanya semakin terkenal setelah dekat dengan Marsya. Sebenarnya , aku sempat curiga dengan Lin-Lin, ya , Lin-Lin sebenarnya adalah mantan pacar Didik. Banyak teman-teman lain yang mengatakan sebenarnya Lin-Lin mendekati Marsya hanya untuk merebut Didik kembali. Banyak pertanyaan yang ada di kepalaku setiap kali memergoki Lin-Lin sedang menatap Didik , setiap orang , bahkan orang yang tidak mengenal Lin-Lin pasti akan tau, tatapan Lin-Lin penuh dengan harapan, harapan untuk menjalin hubungan lagi dengan Didik.
“Sebelumnya ,Lin. Aku boleh tanya?” tiba-tiba  kalimat itu keluar begitu saja. Sontak Lin-lin langsung membalikkan badan, rambut panjangnya bergerak lebih cepat daripada kepalanya. “Ya ,Dav? Mau tanya apa?” suara Lin-Lin terdengar menyejukkan. “Kamu, sebenarnya masih berharap sama Didik kan?” tanyaku dengan mantap. “Ha?Ada pertanyaan lain gak Dav? Hehehe,” jawab Lin-Lin yang terlihat menghindar dari pertanyaanku. “Lin, tolong jawab, Cuma orang yang gak punya perasaan yang gak tau setiap tatapanmu ke Didik!” nada suaraku mulai meninggi. “Dav, kita pindah tempat dulu, jangan di sini,” ajak Lin-lin. Aku mengikuti Lin-Lin dari belakang. Aku tau sebenarnya aku tidak pantas menanyakan ini. Tapi di sisi lain , aku juga tidak mau Marsya merasa tersakiti, ditusuk oleh sahabatnya sendiri dari belakang.
“Sini aja , Dav,” kata Lin-Lin setelah memilih warung kelapa muda . “Mau pesan apa , kak?” kata pelayan warung , begitu melihat kami sudah nyaman dengan tempat duduk masing-masih. “Dua kelapa muda pakai gula Jawa ya mbak,” pesan Lin-Lin. “Oke ditunggu ya kak.”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jadi gimana,Lin?"  desakku kepada Lin-Lin.
"Sebenernya Dav...... "


*To be continued.......



2 komentar:

  1. Numpang Lewat Bro
    www.anonymous-stece.blogspot.com

    BalasHapus
  2. bung, anonymous masukin daftar school
    anonymous-stece.blogspot.com

    =====================
    = A.N.O.N.Y.M.O.U.S =
    = . . S.T.E.C.E . . =
    =====================

    BalasHapus