Sebenarnya Didik bukanlah oran
yang tepat untuk Marsya, dia sangat berbeda dengan Marsya.
Marsya pintar dan
nilainya selalu berkisar 80-100 sedangkan Didik? Mendapatkan 75 saja sudah
bersyukur sekali. Tapi jujur saja,Didik memang memiliki paras yang menarik
untuk lawan jenisnya.
Sekali lagi, aku hancur karena
Marsya. Sebenarnya ada orang yang menyukaiku di sini. Bukannya sombong,tapi dia
sudah menyatakan perasaannya padaku. Memang aneh, tapi begitulah
kenyataannya,namanya Nana dan Dita. Banyak laki-laki yang menyukai mereka
berdua, tapi aku tak pernah tertarik dengan Nana maupun Dita. Aku tidak
mengerti, mengapa mereka menyukaiku, padahal kami baru saling mengenal tidak
lebiih dari 4 bulan. Sedangkan Marsya, kami sudah 6 tahun bersama , tapi dia
tidak pernah mengatakan ‘suka’ padaku. Tunggu dulu, aku saja yang sangat
menyukainya tidak pernah mengatakan suka, apalagi dia yang tidak ada orang yang
tau bagaimana perasaannya padaku.
Tak terasa 6 bulan sudah aku
bersekolah di Fantantion. Begitu juga dengan hubungan Marsya dan Didik. Untung
saja setiap bertemu dengan mereka berdua, aku tak menunjukkan rasa cemburu ini.
Sempat ingin aku melupakan Marsya, tapi aku tidak sanggup. Seperti sudah
terprogram di otakku, aku selalu menyukainya meski dia sudah dimiliki oleh
Didik yang sangat tidak pantas untuk Marsya. Sialnya, banyak orang yang
mendukung hubungan mereka. Aku juga tidak pernah menyerah untuk memalingkan
perhatian Marsya dari Didik, ya , aku selalu mengirimkan SMS kepadanya setiap
hari.
Seminggu lagi Ujian Akhir Semester
(UAS) akan dimulai. Aku sudah bertekad
untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari Marsya. Meski berbeda
kelas kami tetap bersaing untuk masalah nilai. Marsya memang gadis cerdas, di
Fantantion yang terkenal dengan persaingan yang ketat, Marsya selalu unggul di
sini. Setiap ulangan nilainya pasti lebih tinggi dariku. Tapi aku tidak pernah
menyerah ataupun kecil hati, Marsya juga tidak pernah menyombongkan diri, dia
justru menyemangatiku.
“DAVA!” panggil si cantik Marsya
di belakang sana. Belum sempat aku menyapanya balik, aku sudah dikagetkan
dengan kehadiran Didik di samping Marsya. Rasanya aku ingin pergi meninggalkan
mereka, tapi itu tidak mungkin, dengan begitu mereka pasti akan curiga. “Hai!
Ciyee makin lengket aja!” sapaku dengan berat hati. “Hahahaha, apaan sih?”
respon Marsya sambil menatap Didik yang lebih tinggi beberapa centi darinya.
Menyebalkan sekali melihat
pemandangan seperti ini. “Eh, Dav,Dik, aku ke atas dulu ya udah di tunggu
Lin-Lin nih. Bye.” Pamit Marsya yang entah kenapa menimbulkan rasa kehilangan
bagiku. Marsya berlari kecil menaiki tangga, langkah demi langkahnya sangat
menarik perhatian. Terlihat juga orang-orang yang menyapanya.
“Heh, ngliatinnya biasa aja dong!”
bentak Didik yang menyadari perhatianku kepada Marsya. Malas membalas omongan
Didik, aku langsung pergi ke kantin. “Eh, Dav, aku mau ajak Marsya jalan-jalan
habis UAS besok, tapi dia mau pergi kalo kamu sama Lin-Lin ikut. Kalo Lin-Lin
sih udah pasti bisa. Tinggal kamu gimana?” kata Didik yang menghentikan
langkahku. Entah kenapa kalimat ‘kalau kamu ikut’ yang dikatakan Didik memberikan
sepercah harapan untukku. “Boleh!” jawabku terburu-buru. Menyadari wajah Didik
yang bingung, aku melanjutkan kata-kataku “Tapi ke mana dulu?” “Pantai
Santana.” jawab Didik tegas.
Pantai Santana? Harga tiket masuk
ke sana kan terkenal mahal, batinku. “Oke, gak masalah,” kataku dengan nada
setuju. “Thanks Dav,” ucap Didik yang terlihat sangat berterimakasih. “Udah
kan?” tanya ku sebelum Didik kutinggal pergi. “Satu lagi, kalau di sana, kamu
jangan deket-deket sama Marsya!” syarat Didik kali ini sangat berat untuk
kulaksanakan. Aku hanya bisa mengangguk dan pergi dari hadapan Didik.
Bagaimana bisa aku menjauh dari
gadis yang sangat kusukai.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Dava mana sih? Kamu ajak dia kan
Dik?” tanya Marsya. “Udah sayang, katanya dia bisa ikut kok!” jawab Didik.
“Eh itu Dava!” teriak Lin-lin.
“Eh, maaf ya terlambat,” kataku
dengan sedikit melirik ke arah Marsya. Saat itu juga aku merasa Marsya sudah
berubah. Dia sudah berubah menjadi remaja perempuan yang begitu mempesona.
Celana di atas lutut dan baju tanpa lengan yang dikenakan Marsya membuat Marsya
terlihat semakin cantik. Sepertinya tidak hanya aku yang berpikiran begitu.
Terlihat banyak laki-laki di sekitar Marsya yang meliriknya.
“Dava! Dari dulu gak berubah deh!
Kalau ada janji pasti telat!” teriak Marsya. Teriakan Marsya membuyarkan
lamunanku, lamunanku yang mengagumi kecantikannya. “Hehehe, Maaf maaf,” hanya
itu kata-kata yang dapat kukeluarkan, sebenarnya aku ingin mengatakan alasanku.
Aku datang terlambat karena sebenarnya, aku masih bimbang, aku ingin ikut
karena Marsya, dan di sisi lain aku tidak ingin ikut karena aku takut , rasa
cemburuku akan terlihat di depan Marsya. Tapi aku tidak mungkin mengatakan
alasan itu. “Nggak aku maafin!” teriak Marsya kedua kalinya. “Tapi aku kan gak
sengaja terlambatnya,Marsya,” belaku. Saat ini aku merasa takut, takut Marsya
akan menjauhiku. Marsya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pasti karena
Didik!
“Hahaha! Dava,dava, gak mungkinlah
aku gak maafin kamu. Lagian aku juga gak marah kok. Aku gak bisa marah sama
orang yang udah 10 tahun aku kenal,” kata Marsya sambil mengusap rambutku. Aku
senang, ternyata Marsya tidak pernah berubah. Dia tidak pernah berubah meski
sudah bersama Didik. Tunggu, Didik ? ke mana dia? Aku belum melihatnya.
“Hahaha, udah ya udah. Ayo Marsya,
kita ke sana,” datang Didik dari belakangku, tangannya langsung menggandeng
Marsya. Terlihat Didik tidak akan membiarkanku untuk dekat-dekat dengan
kekasihnya. Saat itu aku baru sadar, ternyata
Didik berada di belakangku. Astaga, ternyata aku terlalu foku dengan Marsya,
sampai aku tidak melihat kehadiran Didik dan Lin-lin. Didik dan Marsya langsung
mendahuluiku dan Lin-lin. Tapi, Marsya terlihat tidak senang, dia memang
tersenyum ke arah Didik, tapi aku tau senyuman itu palsu. Ada apa sebenarnya?
“Dav, ayo nyusul mereka!” ajak
Lin-Lin. Lin-lin adalah sahabat baru Marsya, sebenarnya tidak hanya Lin-Lin, Marsya
adalah perempuan yang ramah dan supel, dia mudah mendapatkan teman. Lin-Lin
sebenarnya tidak kalah cantik dengan Marsya,Lin-Lin memiliki rambut yang lurus
panjang dan indah, kulit putih bersih , badan yang ramping dan tinggi, sifat
yang lembut, dan otak yang cerdik sering
membuat iri perempuan-perempuan lain. Lin-Lin menduduki peringkat 2 setelah
Marsya untuk ukuran perempuan tercantik di SMP Fantantion. Namanya semakin
terkenal setelah dekat dengan Marsya. Sebenarnya , aku sempat curiga dengan
Lin-Lin, ya , Lin-Lin sebenarnya adalah mantan pacar Didik. Banyak teman-teman
lain yang mengatakan sebenarnya Lin-Lin mendekati Marsya hanya untuk merebut
Didik kembali. Banyak pertanyaan yang ada di kepalaku setiap kali memergoki
Lin-Lin sedang menatap Didik , setiap orang , bahkan orang yang tidak mengenal
Lin-Lin pasti akan tau, tatapan Lin-Lin penuh dengan harapan, harapan untuk
menjalin hubungan lagi dengan Didik.
“Sebelumnya ,Lin. Aku boleh tanya?”
tiba-tiba kalimat itu keluar begitu
saja. Sontak Lin-lin langsung membalikkan badan, rambut panjangnya bergerak
lebih cepat daripada kepalanya. “Ya ,Dav? Mau tanya apa?” suara Lin-Lin
terdengar menyejukkan. “Kamu, sebenarnya masih berharap sama Didik kan?” tanyaku
dengan mantap. “Ha?Ada pertanyaan lain gak Dav? Hehehe,” jawab Lin-Lin yang
terlihat menghindar dari pertanyaanku. “Lin, tolong jawab, Cuma orang yang gak
punya perasaan yang gak tau setiap tatapanmu ke Didik!” nada suaraku mulai meninggi.
“Dav, kita pindah tempat dulu, jangan di sini,” ajak Lin-lin. Aku mengikuti
Lin-Lin dari belakang. Aku tau sebenarnya aku tidak pantas menanyakan ini. Tapi
di sisi lain , aku juga tidak mau Marsya merasa tersakiti, ditusuk oleh sahabatnya
sendiri dari belakang.
“Sini aja , Dav,” kata Lin-Lin
setelah memilih warung kelapa muda . “Mau pesan apa , kak?” kata pelayan warung
, begitu melihat kami sudah nyaman dengan tempat duduk masing-masih. “Dua kelapa
muda pakai gula Jawa ya mbak,” pesan Lin-Lin. “Oke ditunggu ya kak.”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jadi gimana,Lin?" desakku kepada Lin-Lin.
"Sebenernya Dav...... "
*To be continued.......
Numpang Lewat Bro
BalasHapuswww.anonymous-stece.blogspot.com
bung, anonymous masukin daftar school
BalasHapusanonymous-stece.blogspot.com
=====================
= A.N.O.N.Y.M.O.U.S =
= . . S.T.E.C.E . . =
=====================