Sabtu, 14 April 2012

This Is My Love Story Part 2



Tapi ternyata aku salah..


Marsya memang sudah terdaftar menjadi murid di SMP Fantantion. Dan aku tahu dia akan masuk ke SMP itu bersama denganku. Bahkan satu kelaspun tau jika Marsya memang sangat menyukai Fantantion sejak kelas 3. Tapi, tepat seminggu sebelum tahun ajaran baru dimulai Marsya tiba-tiba menelponku, dan kau tau, bagaimana perasaanku saat itu, ya sangat bahagia. Namun rasa suka cita itu sirna begitu cepat setelah Marsya mengatakan “Ehm, Dav, kayaknya aku masuk SMP Fantouble deh,” kata Marsya dengan suara yang kecewa. Saat itu juga aku langsung memutuskan smbungan telpon dengan Marsya. Untuk kedua kalinya aku kehilangan harapan. Aku benar-benar ingin mati setelah mendenar kata-kata yan diucapkan Marsya, ini keterlaluan, aku sangat bodoh,bodoh,bodoh. Seharusnya aku tidak menunggu selama ini. Dalam kekalapanku , hpku berdering dan aku memeriksanya. “From  : Marsya” . Hatiku bimbang, antara penasaran dan rasa kekecewaan yan sangat besar. Dan, akhirnya rasa penasaranku memenangkan kebimbangan ini, aku membuka sms itu. Dan betap terkejutnya aku, SMS Marsya berbunyi “Loh, kok mati? Hahaha emang kenapa? Bercandaku keterlaluan ya? Nggak..Nggak aku tetep masuk SMP Fantantion kok, gila aja ya masa aku nglepas gitu aja untuk masuk Fantantionn, kamu kan tau sendiri cita-citaku dari kelas 3 kan masuk SMP itu. Hahahahaha.” Membaca SMS Marsya memang harus bernyali, karena  kondisi hati Marsya tidak bisa ditebak dan bisa saja balasan yang kita harapkan berbeda dengan kenyataannya. Namun, SMS kali ini benar-benar memakan nyali dan tenagaku. Mau tidak mau hatiku menjadi lega dan kembali bersemangat untuk semakin mendekatinya. Dan..... tentu saja aku sangat berharap jika Marsya satu kelas lagi denganku. Setidaknya sampai aku berani untuk menyatakan perasaanku.


Hari itu tiba, pertama masuk Fantantion , perasaanku sangat bangga dan senang, aku dapat masuk ke sekolah yang semegah dan sehebat ini. Fantantion memang sekenal seantero negeri ini. Tidak ada orang yang tidak mengenal sekolah ini. Prestasi demi prestasi sudah diraih. Lihat saja aulanya, piala berjejer-jejer dari ujung ke ujung menghiasi ruangan itu. Salah satu faktor yang membuatku senang  adalah, aku dapat satu sekolah lagi dengan wanita yang sangat kucintai , MARSYA.

Lalu kulihat papan pengumuman, kelas mana yang akan menampungku selama kelas 7. Dan tentu saja aku juga mencari nama Marsya.Setelah menemukan namaku dan teman-teman sekelasku hatiku remuk,Dewi Fortuna tidak memihak padaku,ya, AKU TIDAK SATU KELAS DENGAN DIA!. Baru saja aku merasa kecewa, Marsya datang dengan senyumnya yang hangat, dia terlihat bersemangat. Rambut panjangnya dikepang dua, sangat manis. Pandanganku hanya berpusat pada Marsya, sampai dia berkata “Dava! Mana oleh-olehnya? Hahahaha... Kita sekelas gak ya? Mudah-mudahan nggak deh,”kata Marsya tanpa melihatku, pandangannya berpusat pada papan pengumuman. Meskipun aku yakin Marsya hanya bercanda, kata-kata itu membuatku semakin sedih menghadapi kenyataan itu. “Mana sih Dav? Aku di kelas Asia apa Amerika ya?” kata Marsya membuyarkan pandanganku. “Eh, iya kamu masuk ke kelas Australia, terus aku masuk ke kelas Asia, jadi kita gak sekelas deh. Hehehe , permohonanku terkabul ternyata.” Deg, apa yang baru kukatakan ‘permohonan’ ? Bodohnya diriku , aku tidak pernah memohon untuk tidak sekelas dengan Marsya. Tapi apa boleh buat itulah kata-kata yang terlanjur keluar dari mulutku. “Jahat banget sih kamu, temen macam apaan tuh?” kata Marsya sambil memanyunkan mulutnya, dan itu sangat manis. “Bercanda lagi,” kataku sambil menepuk pundak Marsya tanpa sadar.

Sial, aku sekelas sama Aldo teman Sdku yang sangat menyebalkan. Biarlah, satu sekolah dengan Marsya sudah membuatku senang. “Aldo,Dava, Marco ayo ke Aula,” ajak Marsya. “Ayo,” kata Marco , Marco juga penggemar dari Marsya, sialnya orang tua Marsya dan Marco sudah sangat akrab dan itu memudahkan Marco untuk mendekati Marsya. Tapi, untung saja Marco tidak sekelas dengan Marsya. Kami masuk ke aula dan mendengar beberapa pengumuman, pengumuman tentang hal-hal yang harus dipersiapkan untuk MOS. Selain pengumuman, kami juga diajak menyanyi bersama tentang mars Fantntion, sungguh menakjubkan , Marsnya sangat indah dan membuatku semakin bangga akan sekolah ini. Pak Thomas, wali kelas dari 7 Australia juga memilih beberapa di antara kami untuk menjadi petugas upacara. Salah satunya, Marsya, dia menjadi petugas bendera untuk upacara hari ke-2. Marco yang duduk di sebelah teman barunya spontan mengatakan dengan pelan “Lho, Marsya?!” Seperti sedang menebar pesona cantiknya Marsya tersenyum semanis-manisnya dengan Marco.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Upacara pun berjalan dengan lancar, tapi perasaanku tidak selancar upacara. Ingin rasanya aku berteriak dan memamerkan isi hatiku terhadap Marsya. Agung,Didik, dan Yohan teman yang baru kukenal ,sedang membicarakan kecantikan dan kelembutan Marsya. “Eh Dav, kamu dulu satu sekolah kan sama Marsya? Dia pinter gak? Nomer telephonya kamu punya?” tanya Didik yang terlihat tertarik dengan Marsya. “Iya . Dia tu pinter,ramah,baik juga. Tapi dia gak suka sama cowok kaya kamu Dik!” Bodohnya aku, kenapa kata-kata itu keluar begitu saja sebelum aku pikirkan? Jangan sampai orang-orang di  Fantantion tau rahasia yang telah lama kusimpan ini. “Wo,wo,wo santai lo Dav, kan kita juga gak tau mana tau seleranya berunah jadi suka aku,” kata Didik membela diri. “Ya udah deh, terserah!” kataku dengan perasaan yang sangat kesal dan... cemburu. “Kenapa sih Dav? Jealous yaa. Jangan-jangan kamu suka sama Marsya ?” goda Didik yang akhirnya mengakui rasa tertariknya pada Marsya. “Loh? Nggak kok, udah bosan juga aku ketemu dia setiap hari di SD, bayangin 7 tahun ketemu dia terus,” belaku untuk menutupi perasaanku yang memang jeaolus ini. “Ya udah, siniin nomernya berapa?” kata Didik. Dengan terpaksa aku memberikan nomor teleponnya dan PIN bbnya, ya Marsya memang tergolong gaul karena dia adalah siswi pertama yang menggunakan blackberry di SD kami.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari demi hari berlalu, aku semakin jarang bertemu dengannya. Dan, yang membuatku semakin merasa ‘GALAU’ adalah kabar yang mengatakan jika Marsya sudah menjadi kekasih dari Didik.Tapi, kenapa aku tidak bisa melupakannya? Apakah ini kutukan? Kutukan jika aku akan terus menyukainya hingga akhir hayatku?



To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar