--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Certa cintaku dimulai saat aku kelas empat. Saat itu, dia, Marsya wanita yang aku cintai sampai saat ini. Marsya benar-benar membuatku tergila-gila. Dia adalah wanita yang istimewa dimata setiap orang, ya tidak hanya dimataku dia terlihat spesial. Marsya cantik,pintar,dan baik, bisa kau bayangkan sendiri bagaimana luar biasanya seorang Marsya. Tatapannya bisa membuatmu menyukainya pada pandangan pertama. Dan tidak aneh jika banyak laki-laki di sekitarnya yang juga menyukainya. Marsya gadis yang tida dapat ditebak perasaannya, karena, pandangannya dengan semua temannya baik laki-laki maupun perempuan sama.
Sebenarnya aku sering mendengar kabar, jika dia juga menyukaiku, tapi, aku semakin ragu dengan kabar itu. Karena, saat aku memberikan respon jika aku juga menyukainya, dia sama sekali membuat hatiku hancur, sikapnya sangat acuh kepadaku. Saat aku menatapnya sangat dalam dia hanya menatapku sebentar dan langsung berpaling, ya TANPA SENYUMAN. Itu sangat membuatku shock , biasanya dia tak pernah secuek ini denganku. Ketika aku memandangnya harusnya dia juga memandangku dan tersenyum, itu lah yang membuatku benar-benar kaget. “Hey, kamu kenapa Va? Ngalamun aja?” kata Christy yang membuyarkan lamunanku. “Eh, apaan sih ngagetin aja, nggak kok ini aku lagi ngapalin rumus-rumus,” jawabku spontan tanpa memikirkan kata-kata yang aku keluarkan dari mulutku. “Ha? Rumus-rumus? Buat apa? Habis ini pelajaran SBK bu..” tanggap Christy memajukan bibirnya yang super tebal itu. “Halah, kamu ngeliatin Marsya ya? Ciyee.. Udah tembak aja!” timpal Christy. “Gila kamu, orang aku gak suka kok!” kataku tergesa-gesa sambil mengambil buku SBK untuk pelajaran selanjutnya. Aku bisa dibilang orang yang tidak terbuka dengan teman-temanku. Saat orang-orang mulai membicarakan tentang orang yang mereka sukai aku langsung pergi karena aku tidak mau orang-orang menanyakan ‘siapa orang yang kusukai’. Meskipun akhirnya aku tidak lolos dari pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi, tentu saja dengan muka dinginku aku menjawab “AKU GAK SUKA SIAPA-SIAPA!”
Teet..teet.. bell tanda pulang sekolah sudah berbunyi, pelajaran berakhir. Inilah saat yang paling membahagiakan untukku . Tidak lain karena aku dapat menemani Marsya untuk pulang. Ya, setidaknya aku dapat melihatnya dari jarak jauh. Seperti apa yang aku katakan tadi, Marsya disukai banyak laki-laki, dan semua laki-laki yang menyukainya juga berfikiran untuk menemaninya turun. Tentu saja, aku tidak akan senekat orang-orang yang menyukai Marsya. Apalagi sekarang aku merasa Marsya menjauhiku, meskipun dimata teman-teman aku dan dia tetap akrab namun aku dapat merasakan perubahan-perubahan sikap yang ditunjukan oleh Marsya, dan yang lebih menyakitkan lagi, perubahan itu hanya untukku. Semoga itu hanya perasaanku saja.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekarang aku sudah duduk di kelas 5. Seperti biasanya Marsya menduduki peringkat 1 dan itu bukan hal yang aneh lagi di mataku dan teman-teman lainnya . Tapi, di sinilah aku sangat tersentak dengan kenyataan yang ada. Aku hampir mau bunuh diri saat mendengar kabar itu. MARSYA SUDAH MEMILIKI KEKASIH. Hampir semua laki-laki yang menyukainya memilih mundur karena kekasih dari Marsya adalah orang yang cukup dihormati di sekolah karena dia sudah kelas 6. Aku, aku sudah mencoba untuk melupakannya, namun, setiap Marsya mendekatiku dan bercanda seperti biasanya, bukannya semakin tidak menyukainya, aku justru semakin dan semakin ingin untuk menjadi kekasihnya . Apalalgi jika aku kuingat saat itu.Saat aku benar-benar drop mendengar kabar hubungan Marsya , aku sangat ekspresif untuk memperlihatkan emosiku yang sedang berduka. Sebenarnya aku tidak terlalu terlihat jika aku sedang sedih, namun dengan kelembutan hatinya Marsya tahu. “Hey, Dav kamu kenapa? Kok kelihatannya lesu, sama tadi tumben banget Matematikamu Cuma dapet 80 , biasanya kamu kan dapet 100 terus untuk Matematika?” tegur Marsya kepadaku. Aku terdiam. “Dava, kamu ada masalah? Cerita lah, aku kan udah kenal kamu dari Playgroup, ekspresimu kelihatan banget lo kalo kamu lagi ada masalah,” lanjut Marsya merayuku untuk menceritakan semua isi hatiku. Sekali lagu aku terdiam, dan aku diam bukan karena aku kecewa dengan nilai matematikaku yang jeblok ini, tapi karena aku sedang menahan air mata kesedihan. Akhirnya Marsya menyentuh pipi dan tanganku, agar aku dapat fokus dengan pertanyaannya. Laki-laki mana yang tidak merasa bahagia saat disentuh pipi dan tangannya oleh wanita yang dia sukai. Akhirnya aku hanya menjawab “Ah, gak papa kok, Sya. Aku Cuma gak fokus aja sama pelajaran hari ini, biasa aku lagi kepikiran game Mantaw yang baru itu lo, udah-udah lepasin tanganmu kaya apa aja. Hehehehe..” Sebenarnya aku tidak rela mengatakan ‘lepaskan tanganmu’ namun apa boleh buat hanya itu yang ingin aku katakan sebelum aku membocorkan kesedihanku ini.
Dari kejadian itu aku memilih untuk menunggu saat Marsya putus dengan Digi kakak kelas ‘tersayangnya’. Dan, aku mencoba untuk bersikap biasa saja. Saat Marsya diejek teman-temannya aku ikut mengejeknya meskipun hatiku menolak untuk mengejeknya. O, iya perlu kalian ketahui setelah Marsya memproklamasikan hubungannya dengan Digi, dia sudah tidak terlalu dipuja seperti saat kelas 4, tapi Marsya terlihat lebih nyaman dengan keadaannya sekarang. Mungkin karena saking menikamati kenyamanannya di kelas 5 ini, entah kenapa prestasinya menurun, dan Marsya menjadi lebih sensitif sekarang. Banyak laki-laki yang mengagumi Marsya mengatakan bahwa Digi telah merusak prestasi Marsya. Dan puncaknya saat penerimaan rapot Yudha dan Derry melabrak Digi. “Hoy, kamu apain tuh si Marsya ? Kok jadi menurun gitu prestasinya?” ketus Yudha. “Heh, mending kamu jauhin deh itu si Marsya! Kasihan dia! Terpaksa aja tuh si Marsya nerima kamu!” sambung Derry yang tidak kalah tajamnya. Sebenarnya aku kaget dengan apa yang dikatakan Derry, dan aku percaya jika Derry hanya asal bicara tanpa dipikir. Dengan wajahnya yang memelas karena kaget, Digi hanya mengatakan “Okay, aku putusin si Marsya! Lagian aku deketin dia Cuma buat cari kepopuleran!” Di ujung sana mereka bertiga masih membicarakan sesuatu. Tapi aku sudah tidak sanggup mendengarkan mereka , yang aku pikirkan hanya ‘Apa? Jadi selama ini Marsya Cuma dimainin sama Digi?’
Ucapan Digi membuatku tidak bisa tidur malam ini. Kata-kata itu terus berputar di otakku. Seorang gadi sesempurna Marsya dimainin sama Digi. Sebenarnya Digi tidak terlalu tampan. Dia agak gendut, kulitnya hitam , matanya berkantong , mukanya hampir tanpa ekspresi , dan yang lebih parah saat tertawa, suara Digi dapat memecahkan kaca jendela selebar 5 meter. Banyak teman-teman yang mempertanyakan , kenapa Marsya mau menerima Digi menjadi kekasihnya. Dan sekarang, aku harus memberitahu Marsya tentang apa yang telah kudengar tadi di sekolah. Beruntung Marsya sudah liburan mendahului waktu libur yang ditentukan karena ada acara keluarga. Jadi, dia tidak perlu pingsan mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Digi.
Seketika itu juga aku mengambil ponselku untuk memberitahu Marsya. Awalnya aku berbasa-basi dengannya, dia juga terlihat ceria saat itu. Sebenarnya aku cukup nekat untuk menelpon Marsya, karena sebelumnya aku belum pernah menelpon Marsya. Semakin lama aku berbincang-bincang dengannya semakin ragu aku memberitahu kejadian yang terjadi di sekolah tadi.Namun keputusanku sudah bulat aku ingin mengatakan apa yang sudah diperbuat Digi kepadanya selama ini. “Marsya, aku mau kasih tau berita hot nih!” kataku dengan nada bergurau. “Hahahaha tumben banget nih mau kasih berita hot, biasanya Cuma kasih berita-berita burung gak jelas,, haha JK loh,” jawab Marsya di seberang sana. “Jadi gini nih, masalah tentang si Digi itu loh,,,” “oh, tidak usah kau lanjutkan aku sudah tahu, tadi siang entah angin dari mana Digi mutusin aku masa dia bilang aku selingkuh sama kamu coba, aneh banget gak sih? Kita kan Cuma sahabat dan gak akan pernah saling suka, ya gak?” potong Marsya. Setelah Marsya mengatakan ‘Kita kan Cuma sahabat dan gak akan pernah saling suka’ jantungku serasa berhenti berdetak , kata-kata yang dikeluarkan Marsya bener-bener buat aku shock. “Dav? Dava? Kamu masih di sana? Kok gak jawab? Aaah, jahat deh” panggil Marsya dengan suara khasnya yang manja. Aku terdiam, aku masih sangat susah untuk mengeluarkan satu katapun. “Hello?? Dava, kamu masih di sana gak sih? Malesin banget deh, ya udah sampe sini dulu ya perbincangan kita, hpku low batt nih,nanti kita sms-an aja. Okay? Bye.. GBU Dava,” kata Marsya sambil menutup telepon.Aku masih terbujur kaku, dunia terasa hampa, dan aku hanya bisa mendengar suara nafasku yang kuhirup dan kuhembuskan, sampai akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat menenangkan pikiranku dan hatiku.Setelah kejadian tadi malam, aku mencoba untuk melupakannya , tapi saat aku akan melupakannya dia selalu ada, sehingga niatku untuk melupakannya berubah menjadi semakin menyukainya.
Masa-masa kelas 6 adalah masa terindah karena aku dapat dekat bahkan teman-teman mengira aku dan Marsya berpacaran. Namun, begitu bodohnya aku, aku tak berani untuk menyatakan perasaan yang sudah kupendam selama 2 tahun ini, hingga akhirnya acara kelulusan datang. Sungguh luar biasa Marsya memiliki NEM tertinggi di sekolahku, bahkan dia masuk 5 besar NEM tertinggi seluruh Indonesia. Saat perpisahan , Marsya mewakili teman-teman untuk menyampaikan pidato perpisahan. Sebenarnya, aku ingin mengatakan perasaan ini, aku ingin berteriak di depan teman-teman dan orang tua murid bahwa ‘AKU MENCINTAI MARSYA’. Namun itu adalah hal gila yang tidak akan aku lakukan. Aku merasa tenang karena Marsya akan satu SMP denganku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tapi, pernyataanku ternyata salah......
To be continued....
apa lanjutannya?penasaran nieh!
BalasHapusni ceritanya fan-fiction?
BalasHapus